Untuk Sahabatku yang Masih di Kampus, Ternyata Pascakampus Tak Seasik yang Kita Bayangkan
Pelajar.me - Dear sahabatku yang masih di kampus, dulu kita pernah sama-sama berangan-angan, menyelesaikan studi dengan sekuat perjuangan, meraih ijazah dan mendedikasikan diri dalam dunia pekerjaan hingga cerita-cerita nyeleneh tentang kapan salah seorang di antara kita menikah dan kita saling memberi kabar baik. Seakan semuanya sudah dalam rencana dan akan berjalan dengan mulus-mulus saja.
Tapi kenyataan tak selalu seperti yang kita bayangkan, aku dan kamu memilih jalan yang berbeda. Kelas yang berbeda. Dosen pembimbing yang berbeda. Hingga perbedaan-perbedaan lain yang kemudian memberikan kita nasib yang berbeda. Aku hanya sedikit lebih beruntung darimu untuk dapat lulus lebih dahulu (atau mungkin lebih merugi?). Dunia pascakampus yang menurut kita dulu akan menyudahi ketertekanan kita (dengan segala romantika kampus) ternyata tidak begitu...
...dunia pascakampus tidak seasik itu.
Maka, tulisan sederhana ini, adalah pesan agar kamu nanti tidak seterkejut aku saat ini. Hal ini semata-mata agar kamu tidak berkecil hati dan berputus asa dalam perjuanganmu menggapai wisuda. Dan, selagi kamu masih punya waktu di kampus, barangkali pesan-pesan ini cukup membantu. Sebagai bentuk kecil dari perhatianku, sahabatmu.
Ada yang lebih sadis dan kejam dari sekadar pertanyaan "kapan wisuda?"
pixabay.com |
Dulu aku selalu sakit hati jika ditanya "kapan wisuda?", bahkan pernah aku ngambek hanya karena terlalu sering dijejali pertanyaan itu. Tapi ternyata, sesakit-sakitnya ditanya "kapan wisuda?" ada pertanyaan yang lebih kejam lagi dari itu namun aku tidak pernah berdaya untuk melawannya. Mereka bertanya "kerja di mana?".
Dan mata manusia tidak akan pernah puas, mulut mereka tidak akan pernah diam. Hati mereka terkadang tidak cukup peka, untuk merasa apa yang kita rasa saat terus-terusan ditanya. Maka dari itu, tak perlu berkecil hati dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Tetaplah perjuangkan apa yang menjadi hak dan kewajibanmu dan berdoalah kepada Tuhan, sebab jauh-jauh hari rezeki masing-masing kita telah ditentukan oleh-Nya.
Mereka seperti barisan semut
badiatarigan.my.id |
Dunia ini benar-benar kejam. Kau tahu, aku hanya satu dari ratusan ribu. Satu dari sekian banyak orang yang menenteng ijazah kemana-mana. Melamar ini dan itu berharap diterima. Tapi, lowongan yang tersedia tidaklah seberapa. Tahukah kamu di setiap pekan lowongan kerja, akan ada para pencari kerja yang keterlaluan banyaknya. Mereka bagaikan semut. Berbaris teratur (ataupun tidak) dan berkumpul pada titik-titik stan bagai mengerubungi remah.
Mereka (penyedia lowongan kerja) selalu berjanji akan memanggil wawancara, tapi setelah ditunggu-tunggu sekian minggu lamanya tak ada kabarnya juga. "Semut" itu mulai pasrah mungkin ia bukan yang terpilih. Dan puluhan lowongan yang ia minati setelah itu memaksanya untuk menanti. Penantian yang lebih menyebalkan dibanding menunggu dosen pembimbing kembali dari luar negeri. Tapi kata orang bijak, hidup ini adalah rangkaian dari perjuangan, dan banyak perjuangan yang lebih berat ketimbang menyelesaikan sebuah skripsi.
Terbiasanya kita dalam tekanan akan mempermudah segalanya
published.sg |
Di kampus dulu kita sering pusing ulah mata kuliah yang kita ambil saat itu. Bahkan tak jarang kita mengulang untuk mata kuliah yang sama. Kita sering menelan malu saat satu kelas dan menanyakan soal tugas pada mahasiswa baru. Kita cukup tertekan karena kondisi itu.
Di kampus dulu kita sering capek dan diburu waktu ulah praktikum dan tugas-tugas kelompok saat itu. Bahkan tak jarang kita kurang tidur sehingga merahlah mata kita. Kita sering menahan kesal akibat kesewenangan asisten praktikum atau asisten dosen dalam menjalankan perannya. Lalu pada urusan KKN, urusan magang, dan urusan-urusan lain sama saja jatuhnya: membuat kita tertekan batin karenanya. Tapi sadarilah, tekanan-tekanan yang kita terima saat kuliah, akan membuat segalanya di pascakampus menjadi lebih mudah.
Tidak bisa bertahan hanya dengan nilai tertulis saja
brandquarterly.com |
Saat aku lulus, kupikir IPK-ku yang tiga koma itu sudahlah tinggi, ternyata itu bukan seberapa. Ternyata yang sarjana bukan hanya dari kampus kita. Di luar sana banyak lulusan kampus yang tidak kalah bergengsi, nilai mereka pun tidak kalah tinggi. Bahkan jika kubandingkan (nilai) milikku aku jadi malu. Tapi apakah kau tahu, nilai-nilai yang kita perjuangkan mati-matian itu tidak lebih dari syarat administrasi saja.
Ternyata kita tidak bisa bertahan dengan nilai tertulis itu saja. Pekerjaan menuntut kemampuan komunikasi kita. Pekerjaan menuntut ketelatenan kita. Dan tugas-tugas kuliah yang selama ini menurut kita sulit dan memberatkan itu tidaklah seberapa. Ternyata, kesibukan-kesibukan di luar kegiatan akademis yang kita lakukan itu sangatlah berguna.
Dear sahabatku yang masih di kampus, yakinlah Tuhan selalu berbuat adil dengan hamba-Nya. Keberadaanmu (yang masih) di kampus hari ini mungkin bukan atas kemauanmu, tapi Tuhan sebenarnya memberimu jalan untuk mencari apa yang belum kaupenuhi (dan yang tak sempat kulengkapi). Jangan pernah berkecil hati dan selesaikanlah perjuangan ini, sebab masih banyak hal-hal setelah itu yang akan kita hadapi. Terkadang kita merasa apa yang kita lalui adalah sesuatu yang sangat berat, tapi sebenarnya kita hanya jarang untuk memandang ke bawah, pada orang-orang yang tak seberuntung aku ataupun kamu.
Comments
Post a Comment